Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Suara dan Telinga

Gambar
Kau yang terduduk tanpa ragu Dan aku yang diizinkan terduduk di sampingmu Kita bergumul menatap langit-langit ruang Lukisan malam termangu dan terpaku Tak jadi benteng yang batasi dunia rasa Kau yang terduduk tanpa ragu Jalinan kata yang muntahkan aroma baru Ragu yang tak lagi hidup, letihmu menjadi redup Kita sedang tidak terbang diantara keheningan Namun kau tetap setia untuk percaya. Melodi terlahir dari ombak seruanmu, Lirih, kini aku tahu, kau tahu Kau sedang berbagi nyawa denganku Aku sedang berbagi telinga padamu Kisah demi kisah perlahan kuraih Tangis dan tawamu yang terselubung, Impian yang rindu membebaskanmu, Kau tahu, Duniaku belajar memahamimu, 11 Desember 2015, Masa Adven

Tomorrow

Gambar
Tomorrow is mine, And the sun come to my eyes Give the true bright, the scenery of life… And the river bring the last burden, Throw the slice of doubt… Tomorrow is yours The colour of questions And the word hold you. Why, why and why… Hug your mind, broke the hard heart Someone has a plan for you, for your heaven Tomorrow is mine And my life is my rainbow I’m not afraid, the scary was lost And my journey is my happiness And the adventure will begin Tomorrow is yours It’s time to wake up, Don’t sleep in the cage of mistakes This is your world, That’s your style… Be the light for your days… Jangli, 10 th October 2015

Ada

Ada “I ni salahku…” ucapmu dengan wajah muram ketika mendapatiku terbaring di tempat tidur tak berdaya berteman selimut berpola kotak-kotak merah-kuning yang biasa kupakai untuk menghalau dinginnya malam. Setelah beberapa detik berdiri dan menghukum diri sendiri dengan rasa bersalah itu, kamu memutuskan untuk duduk di sampingku tanpa melakukan apapun. Kamu hanya diam dan mungkin saja terus-terusan menghukum diri sendiri karena telah mengajakku jogging di tengah rintik-rintik hujan yang beberapa menit lalu mengurungkan diri untuk membasahi bumi. “Bukan salahmu. Aku yang antusias untuk jogging …” balasku seadanya ketika kamu masih saja merenungi kesalahan yang seharusnya tak perlu disesali. Air mukamu yang tampak tersamar di mataku, memberi pertanda bahwa kamu tampak begitu menyesal dengan tawaranmu yang sebenarnya baik untukku. Lama kamu diam, sorot matamu masih mengarahkan pandangan padaku, memancarkan sebuah penyesalan yang sungguh-sungguh. Sesekali, untu

Seseorang

Gambar
Seseorang Berteman bulir-bulir mimpi Terjamahlah bingkai-bingkai suci Terbias sebuah kilasan arti Mengapa nuansa menguasai diri?             Tarikan napas yang mengisi Menipu dengan segala misi Berharap kau tak ketahui Betapa jiwa ingin memeluk hati Tertutup sebuah makna tersembunyi… Debaran yang terkubur sunyi… Ungkapan yang termakan sepi Denyut yang meradang sendiri Rindu yang halus terpatri… Kuraih keputusan ini, walau berujung teka-teki Demi seseorang, senja yang kunanti…                           

Terpendam

Gambar
Terpendam      Ayah begitu polos. Ia manusia paling jujur yang pernah ku kenal. Entah mengapa, aku bisa menyimpulkan kepribadian yang begitu lekat dengan sosok ayah itu lewat petualangan yang pernah ia lakukan di sebuah pulau terpencil bersama kelima teman kantornya. Rencana petualangan itu telah mereka susun sejak setahun lalu dan baru direalisasikan beberapa minggu yang lalu. Seolah tak ingin menyimpan kisah petualangannya sendirian, ayah berantusias menceritakan seluruh kegiatannya yang menguras seluruh tenaga dan lembar demi lembar kertas di dompetnya padaku tanpa mempedulikan rasa lelah yang dialaminya kala itu. Bisakah kalian membayangkan bagaimana gaya dan cara ayah bercerita dengan begitu antusias walaupun noda lumpur di wajahnya masih begitu lekat dan tidak terlebih dulu menyempatkan diri untuk bersih-bersih ? Semoga kalian bisa membayangkan bagaimana kusutnya penampilan ayah.   “Dion, kamu harus dengar kisah petualangan ayah ini baik-baik…” Ayah memintaku untuk