Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Konseptor - Eksekutor

Gambar
Konseptor - Eksekutor Saya tidak mungkin menulis tanpa bekal apapun. Tanpa bekal apapun, tulisan saya tidak akan rapi. Bekal yang real dan abstrak adalah kunci untuk mengatur ritme dan runutan kata yang saya cipta di secarik kertas / buku. Dari bekal, saya mencipta konsep. Saya harus tahu, apa yang akan saya tulis. Saya harus tahu, tulisan ini mau menuju ke arah mana. Mencipta konsep membuat saya belajar menjadi konseptor. Tentu ini bukan hal mudah. Saya pun harus mengatur ritme mood agar bisa membuat konsep yang pas. Saya mencintai konsep yang pas. Saya pun mulai mencintai konsep konkret alias tidak jauh dari seluruh pengalaman hidup. Saya memulai mengaplikasikannya melalui kumpulan puisi yang saat ini masih saya rampungkan dan semakin saya cintai. I love it! . Konseptor adalah produsen yang bermimpi menjadi eksekutor. Dan mimpi itu saya jalani selama terus-terusan bergelut dengan perasaan dan pengalaman ketika berhadapan dengan secarik kertas dan menebak-nebak

Home and Me

Gambar
Arah. Merefleksikan hidup dan mencurahkan perasaan terdalam. Ya, itulah alasan yang rasa-rasanya paling akurat ketika ditanya "Apa tujuan dan motivasimu melukis, atau menulis, atau menulis lagu, atau menyanyi?". Setiap hobi itu saya arahkan pada sebuah tujuan yang mendukung perjalanan hidup dan panggilan ini. Dari hobi-hobi tersebut, saya belajar melihat ke arah diri dan mengukur sedalam apakah saya mengenal kepribadian diri saya sendiri. Ini tantangan sekaligus jawaban atas segala perasaan, pergulatan, kesedihan dan kegembiraan yang boleh hinggap dalam hidup saya. Hobi ini, bakat ini, motivasi ini, adalah anugerah dari Tuhan. Dan yang pasti, saya tidak akan menyia-nyiakannya. Di balik kata tidak menyia-nyiakan ini, saya pun harus belajar menimang-nimang waktu. Dengan kata lain, saya harus sayang pada sang waktu. Dengan kata lain pula, saya harus memilah-milah waktu yang tepat untuk berbicara pada diri saya sendiri di tengah kesibukan kuliah dan proses lahap melahap m

Ada (a short story)

Gambar
“I ni salahku…” ucapmu dengan wajah muram ketika mendapatiku terbaring di tempat tidur tak berdaya berteman selimut berpola kotak-kotak merah-kuning yang biasa kupakai untuk menghalau dinginnya malam. Setelah beberapa detik berdiri dan menghukum diri sendiri dengan rasa bersalah itu, kamu memutuskan untuk duduk di sampingku tanpa melakukan apapun. Kamu hanya diam dan mungkin saja terus-terusan menghukum diri sendiri karena telah mengajakku jogging di tengah rintik-rintik hujan yang beberapa menit lalu mengurungkan diri untuk membasahi bumi. “Bukan salahmu. Aku yang antusias untuk jogging …” balasku seadanya ketika kamu masih saja merenungi kesalahan yang seharusnya tak perlu disesali. Air mukamu yang tampak tersamar di mataku, memberi pertanda bahwa kamu tampak begitu menyesal dengan tawaranmu yang sebenarnya baik untukku. Lama kamu diam, sorot matamu masih mengarahkan pandangan padaku, memancarkan sebuah penyesalan yang sungguh-sungguh. Sesekali, untuk mengur

This is me

Gambar
This is me Selain berefleksi dan berpuisi, rupanya, melukis adalah media yang baik untuk mencurahkan isi hati. Segala perasaan mampu saya tuangkan melalui coretan-coretan yang dibuat tanpa ada niatan asal-asalan. Kalaupun dalam koleksi This is me terdapat beberapa lukisan yang terkesan abstrak, saya adalah penanggung jawab yang akan menjelaskan mengapa saya memilih cara menggambar demikian. Ya, melukis dengan cara pandang liar, itulah alasannya. Saya tidak ingin terpaku dengan gambaran mulus wajah, lentiknya tangan, anatomi tubuh yang jelas dan lain sebagainya. Saya ingin menjadi otentik, saya ingin menjadi diri sendiri lewat This is me. Hadirnya This is me juga tidak lepas dari peran Pak Garuda dan teman-teman pokmin lukis. Mereka yang membuat saya percaya bahwa saya bisa. Mereka membawa saya lebih banyak belajar dan lebih banyak merasa-rasai setiap pengalaman sebagai bukti cinta kasih Tuhan yang besar. This is me adalah sejarah dari pengalaman hidup dan menjadi profil sing