Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Baru?

Gambar
Baru? Banyak hal baru yang saya rasakan setahun belakangan. Banyak pengalaman yang terjadi dalam hidup saya, yang berperan sebagai mentor hidup. Pengalaman mencekoki diri dengan kebiasaan baru, membangkitkan lagi minat melukis, mengeksplor tata cara menulis yang baru, mengubah cara menciptakan lagu dan mulai mencintai dunia bersepeda adalah hal-hal yang membuat saya merasa menjadi "baru". Dengan kata lain, saya belajar untuk memperbaharui diri sembari terus menerus mencintai dinamika yang tidak berjalan di tempat. Perjalanan panggilan membuat saya menjadi pribadi yang baru. Dalam perjalanan ini, saya mulai mengenal hal-hal baru, yang secara dalam saya temukan. Persahabatan, keterbukaan, impian, keinginan, hambatan... adalah hal-hal yang sungguh memperbaharui saya dari hari ke hari. Perjalanan ini, dan seluruh pengalaman di dalamnya membuat saya menyadari bahwa perubahan membutuhkan proses. Dan berubah, butuh kesempatan. Banyak pribadi yang menginspirasi say

Cinta, Tema dan Cerita

Gambar
Cinta. Cinta itu ada dan menjadi bagian nyata dalam hidup manusia. Cinta yang nyata dan ada selalu menginspirasi saya untuk melakukan sesuatu untuk membiakkan cinta. Menggunakan cinta sebagai tema dalam setiap cerpen, lagu, puisi maupun lukisan membuat saya merasa hidup. Cinta, membuat saya memaknai cinta yang diberikan oleh setiap pribadi kepada saya. Ya! cinta yang murni dan tulus. Cinta. Tema yang universal dan kaya. Banyak hal yang bisa diolah ketika berbicara tentang cinta. Tema tentang cinta bisa membuat saya bereksplorasi secara lebih. Cinta membuat saya tidak berjalan pada tema yang selalu itu-itu saja. Cinta bisa bergerak secara liar. Ia tidak punya batasan. Cinta tidak akan menghentikan detak jantungnya. #Infinity2K17

Tahun Ketiga (a short story)

Gambar
"Tahun ketiga..." Kata "ketiga". Itu point pentingnya. Kata ketigalah yang menciptakan kerut di kening Milly. "Lima puluh tahun lagi, harapanmu akan berubah menjadi debu" gertakan itu menciptakan bungkam. Indi terdiam. Sikap teguh itu, kepercayaan itu, sungguh membuat Milly kehabisan akal. "Milly, dia sudah janji untuk mengirim pesan pada saya" Bantahan itu, keteguhan itu, kepercayaan itu lagi. Geram itu ada. Milly adalah pemilik dari geram itu. Amarah itu membuatnya bergegas memalingkan wajahnya dari Indi, mengoyakkan rambutnya lalu beranjak dari sofanya. "Aku tau Indi! Tapi, mana realisasinya? Nggak ada kan?" Geramnya itu, amarah itu, menciptakan berbagai persepsi mengenai perempuan di hadapannya. "Aku yakin, satu post cardpun nggak akan sampai ke tanganmu" "Tapi Mill -" "Hanya kesia-siaan! Mau berapa lama kamu akan menunggu? Sampai kapan kamu akan memeluknya tanpa harapan?" "Pasti tahun