Penolakan.
Masih di tengah risau,
Muncul suara yang terdengar parau,
Menukik tajam, pagi yang kacau,
Disambut oleh resah yang tak kalah berkicau.
. . .
Di sana-sini “tolak” tergenggam,
Rumor yang hidup dan tak kenal padam,
Saat kegelapan menguasai dan taringnya temaram,
Saat berbelarasa tak lagi mengenal paham,
Timbul rasa kecewa yang disergap dinginnya
malam.
. . .
“mereka pejuang keselamatan…”
“tak ada mereka, tak ada yang sembuh”
“mengapa harus ditolak? Mengapa harus kau
kutuki?”
. . .
“saya takut”
“saya takut tertular”
“saya tidak mau masyarakat tertular”
“saya tidak mau keluarga saya jadi korban
santapan”
“saya mau tetap ada keselamatan”
. . .
Banyak dari mereka yang tutup telinga,
Seolah mati hati dan mengutuki dengan percuma,
Kamu sadar, kalau kamu masih manusia?
Mengapa terus mengutuki yang telah berjuang
untuk sesama?
Tolong buka mata,
Sudah matikah nuranimu bagi mereka?
. . .
sedih ya kalau denger berita penolakan
BalasHapus