Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2019

Tuhan, Jaga Dia

Gambar
Dalam rindunya akan keramaian, tataplah ia. Dalam hening sepinya, rangkullah ia. Dalam tiap keterpurukannya, temanilah ia Dalam setiap mimpinya, jagalah ia. Dalam setiap tata pikirnya, bahagiakan dia. . . . Sampaikan terpendamku padanya, Rasa yang tertimbun di kedalaman muara, Yang begitu diredam dan dipendam, Yang bersuara begitu sunyi baginya di waktu malam. Doaku yang tulus di sepanjang temaram. . . . Dari hati, ku panggil raganya, Segala kenangan tentang warna matanya, Ujung bibirnya, aroma auranya, Hangat kata-katanya, denyut haluannya. . . . Satu yang selalu aku percaya, Engkau setia akan kekuatan hatinya. Kentungan, 27 Juni 2019 Photo by  Kleiton Silva  on  Unsplash

Tidak Ada Yang Keliru Tentang Perasaan Ini

Gambar
Dari setiap kata yang tersimpan rapat untukmu, Dalam diam yang selalu memikirkanmu, Aku berada di situ dengan rasa yang tak pernah keliru untukmu, Dalam genangan mimpi tentang rupa ragamu. #Istirahat 2019, 26 Juni. Photo by  Ksenia Makagonova

Intim

Gambar
Ternyata, masih sedikit. Di bola matamu, aku masih sedikit. Selama ini, aku masih sedikit. Ternyata, aku masih sedikit. Padahal perjuangan ini pantang tak mengenal sakit. . . . Berkatamu sangat mudah. Aku diam aku tak menyanggah. Kata-katamu ingin ku bantah, Namun aku lebih melihat diriku yang tak boleh patah, Ku katakan padamu di dalam lembah, TERSERAH. . . . Pertanyaan-pertanyaan mulai dikirim. Lagi dan lagi, aku menjadikan diriku intim, Menelanjangi diri di setiap pergantian musim, Tempat di mana aku diam, termangu dan memutuskan bermukim. . . . Di bola matamu, aku masih sedikit. Padahal keberanianku melangkah tidaklah sedikit. Kentungan, 23 Juni 2019 Photo by  Mihai Surdu

Sebebasnya

Gambar
Membebaskan sayapku. Sayap kerapuhanku. Di antara pilu yang ku kenal sejak dulu. Aku ingin menikmatimu, Mengheningkanmu, Menikahi kekuranganku, Mengawini seluruh mimpi-mimpiku, Menjajaki alam bawah sadarku, Menimang rasa rinduku, Menuangkan amarah terdalamku, Yang begitu terpendam dan ku yakini selalu mampu Menangisi sebagian ruang batin yang pernah ku anggap keliru Begini caraku berbicara, Aku yang kau anggap dial layaknya kura-kura. Di atas keheningan ini, aku ingin tertawa layaknya raksasa. Photo by :    DESIGNECOLOGIST  

Behind The Dialogue

Gambar
Understand is the yard of acceptance. No grey in mind, no grey for your ears. A sign in your eyes when your mouth wanna talk, A question in your footprints when you wanna share a burden. I know that you wanna smell a beautiful one in Eden. . . . Prepare this ship for you, Just to wade a special thing of you, Just to broke a wall that show the different of us, I wanna go with that airplane, Be a spaceman, visit in your planet, Feel a unique atmosphere in your breath. . . . The colour of dimension, This is the time to know your imagination To guard your emotion in every situation. Besides of you in this duration, No one can do the separation. Kentungan, June 17 2019 Photo by  Jake Davies  on  Unsplash

Noda Pada Sejarahmu

Gambar
Kaca dilahap mentah. Berkaca-kaca api itu pada mata. Berkaca-kaca kebohongan pada bibir yang ditata dengan permata. Berkaca-kaca keluhmu di atas tertawa. Kamu bohong. Sekarang, aku tahu. Noda diikat sejarah. Hadir topeng peternak gerah. Inginmu membentak dan membantah, Kau pasang pada tembokmu lukisan lintah. Terhitung padamu amarah pada tampah Berlari di tengah rasamu yang enggan mati. Berdiam di tengah rasamu yang sulit terdeteksi. Pada matamu tergambar penjara. Pada gelagatmu terlukis pasir yang terkikis. 18 Februari 2018  . . . Noda Pada Sejarahmu merupakan salah satu karya yang masuk dalam Antologi "Membaca Hujan di Bulan Purnama" yang diterbitkan Rumah Budaya Tembi bersama dengan 49 penulis lainnya, 4 Mei 2019.  Menjadi karya ke-290 dari Infinity,  Noda Pada Sejarahmu menjadi puisi yang membuka proses... COUNTDOWN HAPPY 300 INFINITY! Sudah siapkah

Di Sini, Aku Duduk Sendiri Menunggu Matahari

Gambar
Inilah istirahatku, di mana aku duduk sendiri dan termangu. Mencari sisi bulat yang siap ditunggu, Wahai matahariku. . . . Tidak pernah ada hari yang begitu berbeda, Yang bagiku tengah menjadi tambatan rasa, Di antara lelah yang pernah ada, Aku pernah menjadi pelaku atasnya, Pemeran uatama atas lelahnya. . . . Cukup di tempat ini, Aku duduk di tepian ini, Menunggu binar matahari, Yang tepat menghangatkan hati. . . . Purworejo, 6 Juni 2019 Photo by  Artem Kovalev  on  Unsplash

Istirahat.

Gambar
Pikiranku terlalu besar. Bahkan aku menjadikannya akar. Berulang kali menjadikannya mekar. Membuatku, terkadang, sulit bersandar. . . . Tidak ada yang lebih hebat selain diam, Di tengah temaram, Di tengah kemungkinan untuk selalu memendam, dalam diam. . . . Waktu ini terbilang tepat. Ku biarkan kakiku melangkah sejauh sempat. Waktu ini memberiku isyarat, Waktu ini adalah waktu yang tepat, Untuk istirahat. Photo by  Form  on  Unsplash

Diam Layaknya Kura-Kura

Gambar
Begini caraku berbicara, Aku yang kau anggap diam layaknya kura-kura Di atas keheningan ini, aku ingin tertawa, Layaknya raksasa. Photo by Sharon McCutcheon

(half of me)

Gambar
I just wanna say hello to your weakness. I see the night holds you warmly, In the middle of emptyness, a half of me comes. Standing in front of you, thinking of you. Rain in your sadness. Stone in your gladness. . . . Roots in your memory tell you about the game. No one can give you a prediction of the game. Just your self can stand and know the end of game. Half of you say and half of me hear the game. . . . The wind blows the ears. The shocking of footprint, Beat for every decision, All the time, you try to find a solution. . . . Moon in your eyes. Dream that you have, Prediction in your game, Half of me hold your hands. May 20 th 2019, Kentungan. Photo by  Zulmaury Saavedra   on   Unsplash