Terbaikmu



Taring pada bingkai jendela,

Belum nampak namun tergoda untuk tiada,

Taring setingkat rasa kecewa,

Yang tajam dan membuat manusia bertanya :

Saya punya peran apa?

Sembunyi-sembunyi tak berani pandang muka,

Berdiang di pelataran saja tak berani menginjak bilik rasa,

Anggap diri miskin adanya, padahal ada surga di balik bola mata,

Terkadang bertanya pada sanubari :

Bagaimana bentuk masa depan saya?

Sungkan angkat jemari di atas dada,

Terbaik bukan rusuk pada lembar cerita,

Penjara adalah awal mula dari sebuah ritus hampa,

Di mana siapapun merasa ada sesuatu yang papa,

Padahal ada cahaya yang terpancar dalam sukmanya.

Beristirahatlah semua prasangka,

Bersandarlah pada keyakinan yang kau anggap jiwa,

Terbaik bukan tanpa langkah pertama,

Ia lahir bukan tanpa rencana.


Kau harus siap jadi arsitektur setianya.

. . .

Komentar

  1. Kereb, Kak. Belajar dari mana btw?

    BalasHapus
  2. Terima kasih. Dari keseharian aja kak, karena aku sendiri baru sadar bahwa dari keseharian, kita jadi kaya akan pengalaman :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

50 Penuang Cerita Dalam 1 Karya

Bersatu Dengan Salib (sebuah refleksi)

Melodi Setangkai Mawar (a short story)