Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

.Bising

Gambar
Bising. Hanya bising yang siap ku iring. Ku iring dalam ruang kosong dan kering. Kering tanpa hening. Ku ingin membasahi dengan kata yang bening. Agar riuh ini sekedar berdenting. . . . Bising. Hanya bising yang terdengar dalam hening. Hanya bising yang tak juga diam walau ditegur hening. Namun hanya hening yang mampu membuat bising menjadi wening . . . Alfa Amorrista Johanes Hardyanto.

Sebuah Puisi : Untukmu Yang Sedang Jatuh Hati

Gambar
Pilihlah rembulan sebagai pengingatmu. Di antara gelap yang menyandarkan perasaan itu padamu. Dalam sebuah bentara kemauan dan angan yang tertambat di pelabuhanmu, Pertemuanmu dengan sang bintang di puncak surat cintamu. . . . Janjimu pada samudera. Pertalianmu dengan senyap sungguh menyandera. Di antara binar yang diam dalam pelita mata, Di antara kelam, wajahnya terbingkai penuh makna. Aku diam di sampingmu, terus menerus mengiyakan ketidakmungkinan rasa. . . . Menghadirkanmu sebuah puisi. Dalam bohongnya lubukku, ucapan-ucapan panjangku. Hingga ketidakmungkinan itu merajaiku saat ini, Kau masih saja menggenggam tulang rusukku. . . . Di pantai yang senja. Pada perasaan yang terbawa samudera. Terbenam sudah matahariku. Cukup sudah : hanya itu yang aku tahu.

Aku dan Kamu : Brownies

Gambar
Sudah menjadi tradisi setiap malam minggu, jika kelima perempuan yang kian bersahabat ini menjalankan ritual   Hangout   bareng. Sudah tiga tahun ini, Wanda dan keempat sahabatnya menjalin pertemanan yang teramat akrab. Bagi ritual malam minggu kali ini, Wanda memang tidak mengetahui betul rencana Indi, Yasmin, Patricia dan Melodi ketika mengajaknya pergi ke sebuah café yang menyimpan kenangan manisnya bersama Mikha, laki-laki yang dicintainya. Ia hampir saja menolak ketika Melodi menelponnya. Sebuah alasan kuat membayangi Wanda yang tak ingin mengungkit masa lalunya bersama Mikha yang resmi berpulang ke rumah Tuhan sekitar satu tahun lalu. Rencana   Move on nya kali ini mendadak terlewatkan demi keempat sahabatnya tersebut. Malam yang temarang dan seisi Numero café begitu mengulas kenangan-kenangan manisnya dengan Mikha semasa mereka masih menjalin kasih. Sebuah tragedi memilukan memisahkan keduanya saat Wanda mendapatkan kabar duka bahwa Mikha mengalami kecelakaan berat di Los

Melihatmu Bahagia

Gambar
Kamu menetapkanku untuk bersembunyi. Terjebak aku dalam sembunyi. Sorot mataku tersimpan di antara bunyi. Biarkan kejujuranku terkunci dalam sunyi. . . . Jauh sudah jarakku kini, Kesekian kalinya ku halangi hati untuk berbohong lagi. Lebih baik bagiku untuk tetap duduk di sini. Menatapi bahagia dari balik punggungmu kini. . . . Dengan anganku yang penuh, aku mengiringi, Jatuhnya keputusan Tuhan atas manusia sepertimu kini, Jatuhnya takdir Tuhan atas manusia sepertiku yang hanya bisa sembunyi, Karena aku tidak mungkin mengingkari. . . . Sepucuk surat di sebuah peti, Takkan mampu menjangkaumu lagi, Berulang kali berandai-andai, Sembunyiku akhirnya berakhir dan mati. #JATUHHATI

Surat Cinta UntukMu

Gambar
Kutuliskan sebuah rindu yang tak pernah keliru. Di antara malam yang tak kunjung usai, hatiku memanggil namaMu Di antara kata yang menggambarkan cinta berwujud rasa, Di situlah Engkau berdiam dan tak pernah merasa kecewa. . . . Kenangan itu berharga karena genggam erat tanganMu, Pada matahari yang terik, ku teriakkan lantang perasaanku, Pada pelangi yang teduh, ku jejakkan genggam asaku, terus mengenangMu. Di lembar pertama ini, ku elokkan paras wajahMu, mempesonaku.

"Isyarat Ketakutanku"

Gambar
Aku takut kehilanganmu. Aku hanya ingin kamu tahu. Aku takut hanya mampu memaki-maki waktu, Karena hilang sudah kesempatanku untuk mengulurkan tanganku padamu. Sesungguhnya diam-diam saja aku. Tersenyumlah ketakutanku di hadapanmu. Aku berharap terlihat baik-baik saja di hadapanmu. Sesungguhnya berteriaklah isyarat ketakutanku, Suatu kali dalam pandanganku, dalam hasrat-hasrat yang diam padaku. Ingin ku cukupkan. Ingin ku sudahi isyarat itu. Tapi aku tidak mampu. Tanda alam di sekitarku. Terbukanya matamu. Gerikmu di dalam bola mataku. Tiada pernah lupa di setiap harinya aku bertanya pada ketegangan waktu, Akankah sampai di detik ini engkau di situ? Kamu tidak perlu tahu bagaimana isyarat ini bekerja padaku. Aku berharap isyarat ini begitu buta di matamu. Aku berharap pertanda ini mati daripadaku, Kamu tidak akan pernah tahu. Sebagaimana isyarat ini begitu menguasaiku. Cukupkan bahagiamu. Izinkan aku teta

Tempat Perlindungan

Gambar
Tentang belantara. Tempatmu duduk dan menyandarkan raga. Persinggahan sementara yang tak mungkin membuatmu mendua. Kerasnya perjalanan membuatmu berpikir tentang titik kedua. . . . Aku adalah bicaramu. Sajak itu menangis pada bibirmu, Sembari terus memohon dalam keluhmu, Sembari menguras habis ceritamu, Aku tak mau harta itu berakhir denganmu. . . . Kunci perlindungan. Pagar-pagar kehampaan. Aku sedang berucap di tengah tempaan. Aku sedang melindungimu di tengah pertempuran. Mungkin saja engkau belum bisa merasakan. Itu wajar, jangan engkau paksakan. . . . Aku membawakanmu perjalanan. Aku membawakanmu angin penebak jalanan. Aku membawakanmu kecepatan, bukan umpatan. Aku membawakanmu sebuah permainan. Aku membawakanmu sebuah bayangan atau khayalan. Aku membawakanmu bahasa kiasan, Sebuah deskripsi kehidupan tanpa paksaan. . . . #JATUHHATI 4 Februari 2019

Ada Yang Tak Biasa

Gambar
Di sana, di atas kepalamu. Seluruh kata sembunyi dan malu-malu. . . . Di sana. Di atas sepucuk mawarmu. Seluruh diksi dan tanyaku. . . . Di sana . Tak biasa itu muncul di matamu. Dari balik jendela kelasmu. . . . Di sana. Lamunan di antara redupnya kata. Mengapa seolah padamu tanda itu bukan lagi tentang kata. . . . Di sana. Hujan tak juga membasahimu, Membasuh seluruh ketakutanmu . . . #JatuhHati2019

Dari Seseorang Yang Belajar Melindungimu

Gambar
Engkau terlalu jauh untuk merasakannya. Atau bahkan terlalu sukar untuk merasakannya. . Jangan pernah belajar untuk menerima, Karena hal ini begitu sukar untukmu, untuk sekedar menerima. . Jangan pernah belajar untuk memahami. Karena aku akan setia berdiri dan memahami. . Jangan pernah belajar untuk mengerti. Karena aku pun masih berjuang untuk mengerti. . Jangan pernah belajar untuk melindungi. Karena aku terlalu menyadari bahwa separuh jiwa ini sudah belajar melindungi. . Seluruh begitu luruh. Menunggu hingga jiwamu benar-benar sanggup untuk luluh. Tak ku peduli seluruh peluh, Bahkan tak ku sempatkan sebuah keluh. . Terimamu atau tolakmu. Apapun itu, sekedarmu atau apa maumu. Aku mau. . Aku tidak mau bicara tentang egoisku. Aku terlalu berbaik hati atas egoisku. Sampai seakan mematikan egoisku. Atau mati bersama mengalahnya egoisku. . Tidak banyak yang aku mau.