#3 Challenge : Penulis itu harus “BAPER”


Anda pernah BAPER?
(Saya juga pernah)

Apa arti BAPER untuk anda?
(Mari berefleksi bersama)

Buat saya, BAPER adalah kebutuhan.
Waduh, kok bisa?

Terjun di dunia menulis membuat saya lebih giat mengembangkan BAPER.
BAPER di sini bukan berarti semua perasaan (yang dirasakan) selalu dibawa-bawa tanpa sebuah pengolahan.
Buat saya, terjun dalam dunia kreativitas menulis membuat saya mengembangkan BAPER yang lebih terolah. Maka dari itu, saya tidak bisa melepaskan BAPER dalam proses kreativitas menulis. Buat saya, BAPER adalah bahan yang paling hidup sekaligus bisa menjadi inspirasi buat orang lain.

Ya kalik seorang penulis menuliskan apa yang pengen dia tulis tanpa BAPER!
(Kayaknya enggak mungkin)


Bagi saya, BAPER adalah kebutuhan setiap penulis. Tanpa BAPER, seorang penulis nggak akan pernah dapat feel dari apa yang dia tulis. Apa yang dia tulis pasti akan terasa kering dan kurang luwes. Nah, maka dari itu, saya berani bilang bahwa setiap penulis harus banget untuk mengembangkan BAPERnya! Kalau enggak ya tulisannya bakalan kering kerontang.

Enggak mau cuma ngomong doang, saya mau kasih contoh dari pengalaman saya sendiri mengembangkan BAPER di dalam proses menulis.

Suatu kali, saya pengen banget nih menuliskan pengalaman-pengalaman yang cukup membekas dalam diri saya sekitar setahun dua tahun yang lalu. Tapi, saya cukup bingung mau menulis apa dan memulai dari sudut mana. Mengatasi hal ini, saya mencoba untuk mengulang-ulang dalam ingatan pengalaman tersebut. 


Ada kalanya, ketika membayangkan pengalaman suka cita, saya bisa senyum-senyum sendiri… tapi ada kalanya juga, ketika harus mengembalikan pengalaman yang kurang baik, saya harus mengembalikan seluruh perasaan itu agar saya mendapat kata kunci pokok yang bisa saya kembangkan menjadi sebuah puisi atau cerpen sekalipun. Membayangkan pengalaman yang kurang baik rasanya emang enggak enak sih, tapi itulah resiko seorang penulis yang mau terjun bebas meneliti apa yang dia rasakan. Semua hal harus bisa dialami dan diterima. Nah, pengalaman macam ini enggak akan bisa menjadi tulisan yang hidup tanpa adanya BAPER.

BAPER dalam dunia menulis membuat setiap orang menjadi lebih dalam menjelajahi alam rasanya. Alhasil, karena BAPER inilah, seorang penulis enggak akan menuliskan hal-hal yang berada di permukaan. BAPER membawa setiap orang membentuk petualangannya sendiri tentang apa yang dirasakannya.


BAPER bukan muncul begitu saja. Hal yang satu ini emang enggak INSTAN, jadi jangan berharap memunculkan hal ini dalam 3 menit (emangnya masak mie instan). BAPER dalam dunia menulis harus ditumbuhkan secara perlahan. Butuh kepekaan untuk mau menerima setiap perasaan yang hadir silih berganti.

Jadi, jangan takut menjadi BAPER dalam menulis, karena ternyata BAPER sendiri memberi napas tersendiri untuk tulisan yang saya atau anda buat. BAPER adalah jiwa yang mungkin begitu tersembunyi di dalam, namun begitu menjadi sisi yang memberi api sekaligus mimpi.


#SalamBAPER

Pict : https://cdn.brilio.net , https://pbs.twimg.com . https://i.ytimg.com

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

50 Penuang Cerita Dalam 1 Karya

Bersatu Dengan Salib (sebuah refleksi)

Melodi Setangkai Mawar (a short story)