Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

Heart : Home For You

Gambar
I wanna take a part of heaven, Part of gladness, When you see roses bloom in your mind, When grey can’t be the colour of the cloud, Just the blue that hold your need. . . . Faithful in your eyes, When you waiting the rain falls, To wash your blood, to wash the memories. Love in the last beat, every hope in your dream, Your words that you share today, In the hidden area, you tell me about the secret tears. . . . This is home for you, This is the hidden one that stand besides you, A thousand meaning of the blue, The immortal one that I have, we have for you, This is home for you, A place for your reborn. The womb for your tired, . . .

Romansa . Yang . Menghilang

Gambar
Berakhirlah sudah… Menghilang dan melebur bersama sunyi Menyatu bersama kelamnya hari, Dalam rinai-rinai kegelapan hati Dalam naungan rona yang tertatih Ketika takdir merajut sutra kesedihan Saat pelangi tersenyum dalam tangis Dibalik sebuah penantian, Dibalik sebuah perjuangan Mencari romansa yang menghilang…

Sapaan Hangat

Gambar
Sapaan Hangat Pagi begitu muda saat telinga tersapa. Berbunga hasratmu di antara ribu prahara. Hngat rimbun senyummu di antara kemungkinan nestapa. Beriringlah oasis bagi denyut baru jiwa. Terasa sempurna dan melegakan rasa. Rangkulan nyata dari balik asa dan dilema. Terasa sempurna dan melegakan dahaga. Kesempatan nyata untuk membangun percaya. Terasa sempurna dan bahagia begitu terasa, Ketika kata bukan hanya sekedar gerak bibir biasa, Namun suara yang bertumbuh dalam harapan yang tak biasa, Yang merangkul segala kelebihan dan kekurangan yang ada. Sapaan adalah tempat berlabuh pertama, Bagi setiap awal mula dan bahkan akhir cerita. Ruang di mana hati saling beradu dalam ikatan yang sama, Yang terdiam sunyi dalam keabadian sempurna. Mampukah engkau merasakannya? Maukah engkau berdiam di dalamnya? Sanggupkah engkau tenang di dalamnya? . . . Teman Bukan Hanya Tentang Kata Yang dari arah kejauh

Kau Takkan Sendiri Dalam Perjalanan Ini

Gambar
Aku sudah terbiasa bertahan, Bahkan di tengah segala ketidakmungkinan. Di tengah sikapku akan pemahaman, Menerimamu di antara reruntuhan, Bahkan di saat ku lihat matamu yang tampak sendirian. . . . Mengerti, Setiap hari, aku belajar untuk mengerti, Dan lagi-lagi aku belajar untuk memahami, Lagi dan lagi bayang sendirimu menjadi bagian dari refleksi, Perjalanan yang kau rengkuh dalam perjalanan ini. Tiada yang salah dari harapan yang membawamu kemari, Pulang ke tempat ini. . . . Perjuangan ini, Tentang kakimu yang terlalu kuat berdiri, Tentang hati yang takkan mengkhianati mimpi. Tentang caramu kembali ke rumah ini, Sambil terus menimang sendiri sepercik api. Kau takkan pernah sendiri dalam perjalanan ini. 18 Mei 2019 Photo by  Ben White  on  Unsplash

Biarkan mereka terdiam menatapi mimpi yang kita punya,

Gambar
Kerdil adalah anggapan mula dari sebuah cerita, Saat kita belum berani memberi nama pada sebuah asa. Kegelapan berkata kita adalah jenaka di antara seluruh permata di dunia, Saat kita belum berani berdiri dan menatapi mereka, Saat kita belum berani bersuara dan menyuarakan apa yang kita punya. . . . Di dalam kegelapan, api itu masih tetap membakar. Di dalam reruntuhan, akar masih tetap berkelakar. . . . Tidak ada yang pernah salah tentang usaha, Biarkan mereka yang terdiam menatapi mimpi yang kita punya, Jauh di sebuah kedalaman rasa, Terbentang sebuah jembatan antara kesungguhan dan kepastian dari sebuah karsa, Bahkan jangan pernah katakan percuma pada mula cerita. . . . Lautan membawa seluruh rasa sia-sia yang pernah ada, Meletakkannya sebagai sebuah perjalanan yang takkan terlupa. . . . Waktu akan menjawab segala. Suatu saat nanti, saat di mana engkau begitu menantikannya. . . . 18 Mei 2019

Paralyzed

Gambar
Just the wall that see the truth. No one know what i think. No one know what i feel. I just wanna go to the beach, breath again and feel the pain. I just wanna tell that the mistakes of mind. Paralyzed that i have in this life. In this sand, i sleep. No one can be shoulder. In the forest, i stand. No one can be soldier. Find the treasure in the water, i find my self in the river. In the snow, i wanna take a fire, No, i find my self in something called fever. Listen my burden, o emptyness. No wings for my body, No light to forgive every fault. Surrender in my foot, Black in my bed, a bad thing in my pillow. No door to knock, i just wanna see the clock, When the time locks my soul? When the angel stops my fool? . . . STORY TALE

Dengan Tubuh Ini, Aku Pergi. Bertemu Dengan Diri Sendiri.

Gambar
Dengan tubuh sendiri, aku pergi. Bukan dengan orang lain, aku pergi. . . . Inginku bertemu dengan kelelahan, Inginku bertanya : mengapa aku merasa kelelahan. Mengapa dan terus mengapa, hingga aku mendapat jawaban. Selama ini aku menunggu, hingga saatnya tiba. Aku ingin sendiri saja, menulis dan bersyukur atas kelelahan. Jujur, aku cukup kelelahan dengan tuntutan. Sekian lama mencari waktu, akhirnya aku pergi tanpa membawa tuntutan. Alfa ingin bertemu dengan dirinya yang merasa kelelahan, terlalu banyak menyimpan pikiran. . . . Puisi ini aku tulis karena aku merasa kelelahan. Lewat tulisan ini, aku juujur pada keadaan. Menyerah, bagiku bukan jawaban. Menyerah, bagiku melambangkan hitamnya kubangan. Menyerah bukan peraduan, bahkan impian. Aku berjanji tidak akan menyerah hanya karena kelelahan. . . . Aku ingin bertemu dengan kelelahan. Berdamai dengan kelelahan, menerima kelelahan. Aku sadar, sel

Saya ingin jujur sepenuhnya atas apa yang saya rasakan dan saya tuliskan.

Gambar
Dengan penuh syukur, akhirnya, tepat pada tanggal 2 Mei 2019 lalu, saya resmi merilis project terbaru Infinity, antologi puisi digital ke-11 berjudul Humanity. Berbeda dengan project sebelumnya, dalam project ini, saya merasa harus lebih komunikatif dengan para pembaca. Sebagai upaya untuk lebih komunikatif, saya memutuskan untuk lebih terbuka dan jujur atas apa yang saya tuliskan dan rasakan. Bahasa dan diksi yang saya gunakan tidak seperti biasa. Saya ingin kalian tahu apa yang sedang ingin saya tuliskan dan apa yang saya rasakan selama menuliskan setiap puisi di dalam project ini. Tak salah bila saya mengungkapkan seluruh pikiran dan kejujuran yang saya punya dengan bahasa yang lugas dan to the point . Saat saya sedang bergembira, saya akan menuliskannya apa adanya. Namun ketika puisi yang saya tuliskan menggambarkan rasa putus asa, Saya tidak akan menutup-nutupinya. Saya ingin jujur sepenuhnya atas apa yang saya rasakan dan saya tuliskan.

kamu yang memperkenalkan padaku

Gambar
tentang air mata tersembunyi dari balik ketegaranmu. tentang luka yang kau tempuh walau tak kau bicarakan padaku. tentang kesendirian yang ada, yang merongrong ganas padamu. . . . tiada petuah yang liar tumpah, sungguh ku sadari di antaramu adalah sampah. kekuatanmu, kau bilang ikatan sumpah. kau bilang seorang lelaki tak boleh lemah. . . . diam sejenak dalam liangmu, di antara denyut keberadaanmu. mendengarmu di antara bising yang semu, kekuatanmu bukan hal yang palsu, hanya saja, waktu yang masih memandangmu keliru. . . . tak perlu banyak kata untuk berdiam bersama, walau tak banyak ucap serius di antara bola mata, bersiaplah untuk selalu bercanda, di tengah sebuah padang sabana. . . .

Percayakan.

Gambar
Di dalam luka yang setia, Kasih akan selalu ada. Bersamamu dalam setiap air mata, Yang mengiringimu dalam canda. Tidak perlu mengkhawatirkan masa. Aku selalu merangkulmu di sana. Di atas segala surga yang pernah ada. . . . Percayakan hati dan percayakan raga. Pastikan kecewamu berjalan sementara. Hingga waktu membinasakan kata percuma di antara kita. Di dalam bahagiamu yang setia, Tidak pernah kecewa menyentuhnya, Hanya asa rasa bangga atas kejatuhan yang pernah ada, Yang pernah tersimpan bersama, Yang terekam dalam memori dewasa, Yang meluangkan waktu untuk membiarkannya, Bersatu dengan jiwa. . . .