Nyaman di “Ranjang”



Masih terlalu nyaman.

Kita masih nyaman di ranjang.

.

Sesungguhnya, masih terlalu aman.

Suara kita masih tersimpan di sebuah keranjang.

.

Kita masih menjadi idaman.

Kita masih menjadi buruan kasur-kasur di waktu petang.

.

Akan selalu ada yang menciptakan,

Akan selalu ada mereka yang memiliki pekerjaan untuk menggagalkan.

.

Mata kita belum pandai membedakan,

Mana ranjang dan mana yang sesungguhnya pedang.

.

Kita terlalu sibuk berkoar di depan,

Sampai lupa menepi dan menemui darah para pejuang.

.

Kita masih menjadi boneka di ranjang.

Kita masih dininabobokkan oleh zaman.

.

Langkah kaki kita di mana?

Mungkin masih terpaku di dini hari.

.

Mata hati kita di mana?

Masih di sangkar, masih terikat oleh jangkar.

.

Suara kita di mana?

Tenggelam di udara, bersama koar-koar semata.

Tak berani berjuang dalam kata

.

Di mana kemerdekaan ini akan diletakkan bila bukan pada kita?

Apakah kemerdekaan hanya akan runtuh karena ke-boneka-an kita?

Apakah kita akan berdiam saja tanpa karya?

Akankah kita mati tanpa membawa cinta bagi negara?



Photo by Kinga Cichewicz 

Komentar

  1. Semoga tidak terjadu. 100, 200, bahlan ribuan tahun lagi semoga saja tokoh-tokoh bangsa tetap di kenang abadi, semoga.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

50 Penuang Cerita Dalam 1 Karya

Bersatu Dengan Salib (sebuah refleksi)

Melodi Setangkai Mawar (a short story)