Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Resah

Gambar
Resah Jangan menoleh padaku. Jangan ada kekecewaan itu di matamu. Bagianku bukan selembar dalam penantianmu. . . . Cukup pada jarak ini, resah menjadi sebuah arah. Merekah pada suatu sisi di mana aku telah terpanah. Mungkin tubuhku telah lebih dulu bernanah, Salahku adalah tetap di sana menjadi penengah. Aku takut salah. . . . Terima kasih atas perjumpaan kita selama satu bulan ini, Dan, selamat datang dalam project terbaru Infinity bertajuk : PULANG.

Stronger!

Gambar
The flag that burn our brain. A freedom that bring a promise, Red and white that symbolized a true effort, Red and white that bring a hero come back in the deep side of hug. Red and white that mix every idea, soul and heart. Red and white that open your eyes about the unity of unique. . . . Under the light of the sun, your blood washes the hope, the last hope. The high temperature of burden can’t stop your foot to run, The faith that hold you in every time, Be stronger for a small voice of victim. Just a justice that guard you in that land, the land of fire. . . . Under the colour of that flag, You take my hand, invite me to pray together.  Waste your time, young blood, Remember a true dream of our country. One in our soul, one in our footprints, Today.

Merengkuh Usia (a special gift)

Gambar
Teruntuk bahagia. Yang berlindung dalam keheningan, Yang bertahta di tengah kerinduan, Ditujukan padaku, yang berhasil tertidur dalam rengkuhan. . . . Sekali lagi, aku tidak perlu berlari. Lilin ini tak perlu ditutupi. Diselubungi. . . . Wahai hari, Sanjunganmu datang pada menit ini. Menatapi gemilang di penghujung hari, Tidak hentinya kutuliskan segala mimpi. Usiaku masih begitu dini. Saat ini.  . . . Wahai takdir, Yang menyulam duka, suka dan cerita. Akulah sang pemeran utama. Tanganku yang menuliskannya, Tentang bagaimana aku bernapas. Tentang bagaimana aku berjalan. Tentang bagaimana aku bisa membicarakan diriku di depan cermin, Berbicara dengan diriku sendiri, Si pemilik cerita dan cinta yang tersusun begitu abadi . . . Selamat Ulang Tahun Jo-Hardyart!

Mereka Menyebutnya : Dera

Gambar
Teriak itu teriakku. Rasa itu bukan sakitmu. . . . Aku diam, sambil mengerang. Aku tertawa, sesekali mengenang. . . . Dera di awal mula, Atau bahkan di akhirnya pula? Akankah jiwa tetap mempertimbangkannya? . . . Sulit marah padamu. Pada selumbarmu aku menyerah. Aku mati dalam toleransi. Tuhan menyeretku jauh dari perkiraan. Sudah cukup. . . . Teguran. Alasan. Meramaikan setitik angan. . . . Sebuah kisah nyata yang dibalut dengan refleksi membawa “Dera” bukan hanya menjadi himpunan kata-kata, namun menjadi bagian terdalam dari perjalanan mencintai kenyataan. Saya sebagai penulis yang paling dekat dengan puisi ini merasa bangga. Akhirnya, saya tidak perlu banyak kata untuk mengungkap apa yang menjadi ungkapan hati yang bukan rencana amarah. “Dera” dituliskan sebagai sebuah bukti nyata bahwa cinta adalah kekuatan terbesar dalam sebuah hubungan. Cinta bukan benda langit. Ia nyata bagi saya dan anda. 

Tentang Dera

Gambar
Dera Terlalu biasa membicarakan tentang dera. Konsekuensi atas rasa bangga dan yang paling dalam adalah bahagia. Terlalu biasa membicarakan tentang dera yang di dalamnya tercatat namamu,  namaku, dan segala penyesuaian yang terjadi pada dunia rindu. Membicarakan dera adalah titik dini untuk melihat alam di sebuah posisi nyata. Kita dan dunia. Aku dan dera. . . . Sebuah kisah nyata yang dibalut dengan refleksi membawa “Dera” bukan hanya menjadi himpunan kata-kata, namun menjadi bagian terdalam dari perjalanan mencintai kenyataan.  Saya sebagai penulis yang paling dekat dengan puisi ini merasa bangga.  Akhirnya, saya tidak perlu banyak kata untuk mengungkap apa yang menjadi ungkapan hati yang bukan rencana amarah.  “Dera” dituliskan sebagai sebuah bukti nyata bahwa  cinta adalah kekuatan terbesar dalam sebuah hubungan.  Cinta bukan benda langit. Ia nyata bagi saya dan anda.  . . . Cinta membuat kita tetap merasa bangga di

Terima Kasih, Cinta.

Gambar
Terima kasih atas cinta yang selalu kalian berikan . . . (Gadis dan Senja) Berlari menepi sembari melukis mimpi Terpaku dalam sunyi bermandikan semburat diri Tergugah oleh penantian tanpa suatu arti Menantikan pelangi, sesosok wajah yang tak juga terbingkai dalam hati Rona yang beriring, tangkas menangkap segala pertanda Gadis bernama nyawa yang terduduk bersama senja, Ia bernaung menautkan jiwa Kembali ia terbawa, mempertanyakan sesuatu pada cakrawala Gadis itu memejamkan mata Kedua telapak tangan yang terkatup di depan dada Berteman angin sepi yang terbawa masa Meringkuk beralaskan sebuah bangku, menanti dengan rindu . . . (Rasa) Aku bukan penipu Aku lebih pandai meragu Tak mudah termakan rayu Tak mudah termakan dialog palsu Aku adalah rindu Aku mudah terpaku Terhisap oleh rona-rona pilu Aku berperan dalam drama baru Meringkuk dalam suatu belenggu Meringkuk dalam sebilah ras