untukmu yang berperan sebagai pencerita
kau
sedang membangun rumah dengan kebimbangan,
dengan
alas yang kau sebut kegamangan atau kesenjangan.
telah
lama bibir terkunci, kau takut di maki-maki,
kau
takut menjadi serigala yang bangga akan taringnya sendiri.
kau
buat waktu menjadi arang yang termakan api,
detik
yang kau makan sendiri dan dilahap lezat oleh mimpi.
di
sahutanmu, kau katakan tak bisa jadi embun pagi,
tak
bisa menjadi kelanjutan dari kisah yang kau pasang kini.
selalu
kau katakan manusia-manusia itu menjadikan sandiwara sebagai hobi,
dengan
lugasnya kau sambut kata mereka dengan sabar hati,
hingga
kau rasakan lelah di setiap cerita tepatnya di tepi,
.
. .
untukmu
yang berperan sebagai pencerita,
dengan
kisah yang takkan tergantikan di mana-mana,
berapa
banyak denyut yang kau hela di sana,
berapa
banyak luka yang sembuh di antara kata percuma,
seberapa
besar dilema yang kau bagi bersama pendengarmu di sana,
seberapa
besar usahamu menutup mata dan sekali-kali melihat cahaya,
yang
berpendar padamu, yang di sepersekian detiknya,
kau
selalu belajar mendekatinya.
.
Photo by Dmithry Rathusny
#taring
Komentar
Posting Komentar