Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Apa Resolusimu di Tahun 2018?

Gambar
Apa Resolusimu di Tahun 2018? Kalau hari ini sih, yang paling jadi hits banget adalah resolusi yang pengen dicapai di tahun 2018. So pasti semua orang punya berbagai resolusi di tahun 2018, mulai dari berharap dan berkeinginan supaya bisnisnya lancar, rumah tangganya damai teratur, semakin dewasa, semakin sukses dan lain sebagainya. Punya resolusi itu baik banget sih guys. But, terkadang orang masih berkutat di kata "pengen, ingin dan berharap". Sadar nggak sadar, kita terkadang masih terjebak di ketiga kata itu. Sebenarnya, ketiga kata itu tuh penting guys.. buat saya pribadi itu penting. Tapi, adanya ketiga hal itu sebenarnya nggak cukup. Kenapa? Karena kita butuh yang namanya realisasi. Coba, gini deh... kalau kita cuman pengen dan pengen aja tuh, belum tentu yang dipengenin itu bakalan terwujud secara nyata. Tentu, kita butuh usaha untuk mewujudnyatakan harapan-harapan kita di tahun 2018. Kita butuh merealisasikan apa yang kita inginkan. Jangan cuma

Masang Rai Gedhek Yo Ndes!

Gambar
Masang Rai Gedhek Yo Ndes! Buat anda yang kurang familiar dengan istilah "rai gedhek", anda pantas untuk tahu apa itu "rai gedhek". Ya, rai gedhek itu istilah yang dipakai untuk menggambarkan seseorang yang nggak tahu malu. Biasanya nih.. orang-orang itu langsung pada sensi ketika ada yang menyebut dirinya sebagai rai gedhek. Tapi, kali ini, saya akan mencoba memberikan pandangan baru tentang istilah rai gedhek. Guys, rai gedhek itu nggak selalu mengarah ke hal yang negatif lho. Rai gedhek itu pantas dibutuhkan oleh semua manusia. Coba bayangin... Kalau nggak pasang rai gedhek, orang nggak akan bisa keluar dari cangkangnya. Orang bakalan terus-terusan hidup dalam cangkangnya. Orang bakalan menyimpan kemampuannya padahal kemampuannya pantas banget buat di eksplor. Buat saya, masang rai gedhek itu harus menjadi modal bagi setiap orang untuk mengembangkan diri. Dengan rai gedheklah seseorang nggak malu-malu lagi untuk menunjukkan dirinya di hadapan orang

Ingatkah Engkau Saat Engkau Terjatuh

Gambar
Ku pukuli engkau di ruangan ini karena kesudahan yang engkau buat. Ku rajam engkau dengan bola mata yang enggan bertolak belakang. Ku tikam engkau dengan kata jangan pergi, namun engkau akan tetap pergi. Ku lepaskan pembebasanmu dan aku akan berguling-guling disini. Ingatkah?

“sekarang sudah sampai anak tangga ke-100”

Gambar
Saya mengawali pembuatan blog ini tepat setelah lulus dari Tahun Orientasi Rohani. Saya mengawalinya dengan sebuah cerpen berjudul Terpendam . Saat itu, saya tidak memiliki target apapun mengenai blog yang saya kelola sampai saat ini. Blass… saya tidak menaruh sebuah formula apapun ketika memulai perjalanan saya dalam blog ini. Saya hanya menjalaninya dari hari ke hari, dari mulai 10 postingan, 40 postingan hingga tepat pada detik ini, saya telah mencipta 100 tampilan tulisan bagi anda semua. Buat saya, ini adalah bentuk konsistensi yang tak terganti. Menjalani 100 anak tangga adalah bentuk komitmen yang penuh dengan pengharapan. Selalu ada harapan yang menyertai setiap tulisan di dalamnya. Program yang bisa dibilang tidak terasa ini masih akan tetap berlanjut, entah sampai tangga ke berapa. Mungkin, tidak hanya akan berdiam di angka 100. Banyak kemungkinan yang akan muncul. Namun satu kepastian yang selalu ada dalam diri saya adalah saya akan tetap menulis dan akan

dia yang memberikanku kupu-kupu

Gambar
dia adalah wanita yang menaruh air matanya pada bak mandi. tempatku mandi, saat tubuhku tak ingin mandi sendiri. dia adalah wanita yang menimang sumbunya seolah tak mau dikenai api. mimpinya adalah tegak bagai bambu, saat keadaan menyeretnya ke arah tepi. dia adalah wanita yang menyanyikan lagu puteri tidur, yang refrainnya tak pernah dihindari, kemustahilannya tak pernah diajaknya untuk luntur. dia adalah wanita yang menamai dirinya setara, yang tampak depannya adalah pondasi bangunan, nasi uduk atau tukang parkir. dia adalah wanita yang tanpa tutup muka mengiba, demi kertas ujian seorang putra. Plasenta. dia adalah wanita yang memberikanku kupu-kupu. aku masih tampak lugu. Pahitnya bebatuan itu, hatinya tahu. dia adalah wanita yang berteriak di tengah pasar. sebutir nasi ia sasar. Indung telur. dia adalah wanita yang menidurkanku pada sebuah kepompong. logat bukan ngengat, ia ciptaan yang hangat. rerumputan bukan lagi hutan. Lesungnya

Tampak Sujudnya

Gambar
Suatu kali ibu bercerita padaku bahwa ia pernah menangisi kami, anak-anaknya yang bandel dan tidak bisa dinasehati. Ia menangis di hadapan patung Bunda Maria setelah misa usai. Ia bertanya kepada Bunda Maria apa yang harus ia lakukan agar dapat menasehati kami yang masih belia. Dalam air matanya, ia merasa kebingungan. Ia meminta Bunda Maria untuk memberikannya cara. Di tengah amarah yang merah, ia tidak berhenti bertanya. Mungkin sampai lilin di hadapannya di santap serbuan detik, ibu bercerita tanpa titik. Bersama seluruh kesedihannya, sujud menjadi cara. Ia iba pada kami yang masih belia.

Wanita

Gambar
Anggun tanpa harus gaun, Bising tak ganggu hati yang hening, Di muka apa adanya engkau ada, Tutur enggan gugur, suara tak selalu dera. Silakan dieja sekali lagi. Wa-ni-ta. Di antara sukma yang tertata, Padamu hening bertahta. Rembulan pada kemeja, Bagi mentari yang menari di tengah ramai kota. Kapas yang melindungi panas baja, Temaram bagi himpunan kemungkinan untuk karam. Purnakan siku tak kenal laku, Carilah ia di sebuah tempat dimana ia tersipu malu, Pagi bagi kedatangan para palu, Disiarkan sinar, pada matamu tersimpan nanar. Ejalah berulang kali. Wa-ni-ta Batu itu dinamainya keyakinan. Setara bukan lagi tentang permainan.

Yesus Berjumpa Dengan IbuNya

Gambar
Yesus mempertemukan ibuNya dengan ucapan Simeon. Pedang takkan lagi dipendam. Hunusnya membidangi siku-siku laku. Tentang ditentang, geram diantar dan digenggam, kilasan tentang berkat dan kelahiran. Iba menunjukkan diri, mimpi buruk meneriaki dirimu, wahai ibu... Bunda Maria berdiri di sudut itu. Sudut yang membiarkan lautnya mengalir. Pedih. Ditimangnya cambuk yang mengoyak rongganya. Tolak menolak bersatu dan membuatnya berseru “ I tu Anakku...” Tombak menembak, ludah terbuang sudah. Lembut hati takkan membenci, hanya itu yang dia ingini. Batu merajam, perjalanan tajam, perkara yang ia genggam. Tunduk pada nadinya, jadikan tubuhnya sebagai hamba dari surga. Dialah Maria yang menangisi panasnya matahari. Ia meminta hujan agar darah anaknya terbasuh, Pada balok kayu itu ia menaruh jantungnya, disitulah Maria menaruh batu keyakinannya. Angan dalam lubuknya adalah meneriaki kata jangan. Sampailah Maria pada pertemuannya dengan petuah Simeon.

Nostalgia

Gambar
dari Alfa untuk kenangan Nostalgia. Wanita. Pria. Dongeng memperanakkan kita, telurkan bola mata dan kita pandangnya. Jembatan asmara bukanlah petaka, temu pertama rekam rahasia, suka dan kata bertemu dua jiwa. Gagasanmu adalah rembulan. Pelangiku adalah terang. Di muka, dunia tertawa. Terkesima pada kalimat pertama, canggung adalah laga dan tanda pada tubuh kita. 9 Desember 2017, di warung burjo jakal.

Nostalgia Masa SMA? Siapa Takut!

Gambar
Nostalgia masa SMA nggak pernah lepas dari istilah cinta monyet. Tentu kalian pernah merasakan hal ini kan? pasti pernah dong ya! Nah, kali ini saya mencoba bernostalgia dengan masa SMA melalui karya terbaru yang saya buat. 3 Desember 2017 lalu, saya meresmikan sebuah lagu baru yang saya beri judul “Satu Kata Untukmu” . Lagu ini rasa-rasanya sangat menggambarkan kisah cinta monyet yang aromanya muda banget. Lagu ini menggambarkan kisah dua remaja yang ketemuan secara nggak sengaja, terus saling tatap-tatapan. Kisah FTV banget ya ? Emang! Haha. Lepas dari kesan FTV, di lagu baru ini, saya merasa bahwa saya berhasil mengambil satu sudut pandang saja soal kisah cinta monyet a.k.a saya berhasil untuk tidak lari kemana-mana soal fokus lagu. Buat saya, lagu ini cocok banget buat kamu-kamu yang pengen banget bernostalgia tentang masa-masa SMA. Sebelum lagu ini ada, sebenarnya, saya sudah beberapa kali mengangkat tema nostalgia SMA, misalnya dalam lagu “Akan Rasa Ini” , saya men

Syahdunya Alam Terbuka

Gambar
Kalau disuruh milih mana tempat yang dianggap sebagai surganya para penulis, saya akan memilih Omah Petroek, tempat nongkrong – Joglo Lawas dan Tambak Boyo. Lho, kenapa ketiga tempat ini ? Ya, karena menurut saya, ketiga tempat ini adalah sumber ide saya dalam menulis. Entah kenapa, ketiga tempat ini – walaupun sesekali rame sekalipun, dapat senantiasa membawa pencerahan luar biasa. Nggak tahu kenapa, ide-ide liar bisa muncul begitu saja, bahkan membuat saya lebih out of box dalam mengolah tulisan. Suatu kali, di Joglo Lawas, saya mencoba mengolah ide sebuah puisi bertemakan ibu. Olahan ide yang semula hanya sebatas figur seorang ibu, berbuih menjadi sebuah ide yang lebih dalam dan menohok. Di tempat itulah, saya mengenal ibu dalam perspektif yang lain – bisa jadi sisi “sangar” dan tangguh dari sosok ibu. Terbukanya sebuah tempat dengan pemandangan yang luas membuat pikiran saya tidak terpaku di ruang tamu, tapi lebih dari itu, saya bisa menjangkau pohon..bintang...bahkan

Seimbangnya Gelombang dan Tegak Lurus

Gambar
Masa ujian semakin mendekat, guys! Sekarang waktunya untuk mempersiapkan ujian dan mencari obat untuk refreshing pasca ujian. Nah, perkara obat refreshing ujian nih, saya sudah mempersiapkan sebuah project terbaru untuk menghibur diri. Usai merampungkan project Something In The Past sebagai langkah “kembali” ke dunia desain, tepat pada tanggal 2 Desember 2017, saya resmi menutup project ini. Ditutupnya project ini menjadi gerbang bagi project terbaru saya, yang diberi tema “Balance” . Kenapa diberi tema “Balance”? Oke, sedikit sharing, guys! Nggak tahu kenapa, saya suka dengan kata “Balance” . Nggak cuma suka dengan susunan hurufnya yang manis, tapi maknanya juga oke punya. “Balance” yang berarti seimbang membawa saya belajar untuk menjadi orang yang seimbang dan tahu prioritas. Saya belajar untuk tahu kapan saya belajar, kapan saya harus jalan-jalan, kapan saya mengajar di sekolah, kapan saya tidur siang, dan sebagainya. Saya berusaha menjalani hidup secara seimbang di