Syahdunya Alam Terbuka
Kalau disuruh milih
mana tempat yang dianggap sebagai surganya para penulis, saya akan memilih Omah
Petroek, tempat nongkrong – Joglo Lawas dan Tambak Boyo. Lho, kenapa ketiga
tempat ini ? Ya, karena menurut saya, ketiga tempat ini adalah sumber ide saya
dalam menulis. Entah kenapa, ketiga tempat ini – walaupun sesekali rame
sekalipun, dapat senantiasa membawa pencerahan luar biasa. Nggak tahu kenapa,
ide-ide liar bisa muncul begitu saja, bahkan membuat saya lebih out of box dalam mengolah tulisan.
Suatu kali, di Joglo
Lawas, saya mencoba mengolah ide sebuah puisi bertemakan ibu. Olahan ide yang
semula hanya sebatas figur seorang ibu, berbuih menjadi sebuah ide yang lebih
dalam dan menohok. Di tempat itulah, saya mengenal ibu dalam perspektif yang
lain – bisa jadi sisi “sangar” dan tangguh dari sosok ibu. Terbukanya sebuah
tempat dengan pemandangan yang luas membuat pikiran saya tidak terpaku di ruang
tamu, tapi lebih dari itu, saya bisa menjangkau pohon..bintang...bahkan malam.
Pikiran saya belajar untuk menerawang lebih jauh agar tidak lagi berjalan di
tempat.
Setiap kali mendapat
kesempatan untuk berlibur di rumah, saya selalu menyisihkan waktu untuk pergi
sendirian mencari ilham yang tersembunyi. Berjalan sendirian, bernapas di
antara masyarakat yang lalu lalang bukanlah keramaian yang mengganggu. Malahan,
terbukanya keramaian membuat saya lebih terbuka tentang ide. Keramaian dan
cuap-cuap kanan kiri malah membuat saya jauh lebih syahdu. Ramai membuat saya
tenang. Di ruang ramailah, saya mengkonsumsi apa yang saya inginkan. Inspirasi.
Treatment
inilah yang ternyata memang saya butuhkan untuk meraih inspirasi-inspirasi tersembunyi.
Penting bagi seorang penulis menemukan tempatnya yang nyaman dan terbaik. Buat
saya, syahdunya alam terbuka sungguh menciptakan sisi-sisi lain dari inspirasi.
Syahdunya alam adalah treatment yang
ternyata membuat saya keluar dari zona nyaman yang bermain-main dengan
imajinasi yang lebih liar dan mendalam.
#Infinity
Komentar
Posting Komentar