Dear : Cinta Pertama. Kamu.



Dear.

Cinta pertama. Kamu.

Tidak pernah ada yang lain. Dan aku tidak pernah bosan. Aku menikmatinya sepanjang hari. Aku terlalu nyaman dengan hal ini, memandangimu yang terkadang begitu penuh, terkadang seperti bayangan, bahkan sesekali seperti hantu.

Menikmatimu hanya dengan memandang adalah kecukupan. Jauh dan tidak mungkin tergapai adalah hiasan dari caraku menikmatimu dari arah yang lain. Di balik cara pandangku, sebuah harapan tersimpan di dalamnya. Sebuah ingin yang tersimpan rapat-rapat dalam benak, yang mungkin hanya ditangkap oleh para malaikat. Bersama rasa ini, semu menjadi kawan dari ingin, seolah-olah aku hanya menjadikanmu pandang yang pada akhirnya bukan ujungku.

Kamu adalah perandaian yang selalu berdiang dalam lamunanku, wahai rindu. Di bangku ini, ingatan tentang senyuman itu tiba dan ada. Tiap lamunanku adalah suara yang terkadang tak pernah kau tahu, bahkan aku terlalu bermimpi jika mengandaikan kau mau tahu. Bagaimana cara memalingkanmu dari barisan mimpiku, ku gelengkan kepala karena aku tak tahu. Andai Tuhan memberiku celah untuk masuk dalam kata tahu itu sendiri. Mungkinkah?

Bagiku, kamu bukan kata cukup. Kalau kamu adalah kata cukup. aku akan cepat-cepat pergi dari sini dan mengakhiri pandang ini. Kalau kamu adalah kata cukup, aku sudah kalah oleh inginku untuk membasmi. Dan aku tidak suka dengan hal itu. Aku ada di sini untuk tidak bosan, aku tidak ingin jenuh.

#DearForYou


Pict : impremedia.net

Komentar

Postingan populer dari blog ini

50 Penuang Cerita Dalam 1 Karya

Bersatu Dengan Salib (sebuah refleksi)

Melodi Setangkai Mawar (a short story)