Merah (Dariku Untuk Mereka)



Dekat. Ia yang dekat.
Lekat. Ada sesuatu yang terpendam begitu lekat.
Dan, aku merasa beruntung di tengah malam pekat.
Menyandarkan sinar mata pada fenomena memikat.
Memandangimu dari balik bentengku bukan lagi penat.
Wahai engkau sang pemicu getar yang kian bergencat.
Kau ciptakan belenggu, tanpa ampun kau mengikat.

Malam minggu ke-14
Dengan nikmatnya, kau berdinamika.
Dengan penuh cinta kau hadir di sana.
Bercinta, kau patri padanya keutuhan cinta.
Membuatnya memiliki cerita. Kisah mempesona berlandaskan daya.
Empuknya luka terbalut barunya benih asmara.
Letupan-letupan tak biasa, hanya itu yang ku punya.

Merah,
Setiap malam minggu, menjadi titik keberuntungan.
Malammu kala itu selalu berbintang.
Bukan bintang nyata di atas puncak baying.
Namun pada bola matanya,
Peti segala rona kekaguman.

02:00
Dia sudah pergi.
Dia telah berlalu dari pintu itu.
Dan, aku tahu dia bukan cinta pertamamu.
Dia cinta kesekianmu.
Dia cinta yang menyegarkanmu.
Aku tahu.

02:30
Aku tidak ingin tertidur.
Aku takut, ketika tidur,
Aku hanya akan memimpikanmu.
Aku takut akan selalu membayangkanmu.
Aku takut,
Kata-kata dalam puisiku makin mendalami gejolak ronaku.

Wahai engkau,
Mulutku memang bisu.
Tapi, hatiku tidak bisu.
Biar ayam berkokok menyambut keputusanku…
Mencintaimu, tanpa ragu.

Aku ingin mati bersama rasa ini.
Terlalu dalam, terlalu liar, terlalu indah.
Dan aku bukan satu-satunya pengendali dari rasa ini.
Masih ada dia, cinta yang kau cumbu.


Diadaptasi dari cerita pendek "Merah"


Pict : https://wallpapersafari.com/w/YNhoxi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

50 Penuang Cerita Dalam 1 Karya

Bersatu Dengan Salib (sebuah refleksi)

Melodi Setangkai Mawar (a short story)