"Hangat"



Hasil gambar untuk MOTHER hd

Sekat jangan lagi pekat.

Ku ingin hangat yang lekat.

Di antara hasrat untuk berlari.

Cegahmu adalah mimpi.

Dekapan itu membuatku tinggal dan menari.

Lembutnya mantra pada sudut kata.

Timbunan keluhku tak membuatmu lepas raga.

Citra karsamu menikam kerasnya dunia.

Pulang ke rahimmu.

Menghirup aroma desa bersamamu.

Tempat di mana rindu selalu ada karenamu.

Tangan tergenggam.

Cerita pahit itu lepas dengan temaram,

Di mana ku kenal senyum yang tertanam.

Aku bukan aku yang dulu,

Di mana pundakmu menciptaku baru.

Di mana tutur santunmu melegakanku.


Petaka diinjak olehmu.

Hanya ada tentram di wajahmu.

. . .

Untukmu, yang tercinta.

11 Juni 2018


Setiap orang ingin pulang,

Pulang dalam rangkulan yang tentram,

Pulang dalam ingatan yang menghanyutkannya dalam kebahagiaan.

. . .

Hangat,

diciptakan dalam proses hibernasi yang menggoda saya untuk tidur sejenak, 

kemudian melanjutkan kembali proses menulis.

Setiap katanya begitu bermakna dan mendalam.

Dibuat dalam kondisi tenang membuat puisi ini begitu menyentuh personalitas.

. . .

Terima kasih atas waktu yang anda berikan bagi puisi ini.

Salam penuh cinta dari meja hibernasi Infinity.




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

50 Penuang Cerita Dalam 1 Karya

Bersatu Dengan Salib (sebuah refleksi)

Melodi Setangkai Mawar (a short story)