Rasakan.


Sebagaimana roda berhenti dan kuda tak punya nyali untuk berlari,

Lihatlah bagaimana ranting itu patah dan menempatkan celah baru dengan ramah,

Sebagaimana hujan menghentikanmu menari,

Kemudian engkau duduk sendiri dan menimang memori.

Rasakanlah aroma dedaunan yang runtuh, luruh,

Sembari menikmati keramaian yang tak tertatih padamu.

Palung itu masih bisu.

Di tengah ragu, ada saja jemu yang semu.

Gerutu di mulutmu, risau di liangmu.

Tidak ada yang sungguh menghakimimu.

Hanya gelap yang menakutimu di palung itu.

Kenyataan hatimu, mulutmu, ragamu.

Jenuhmu, lukamu, liangmu, paraumu,

Sendumu, rindumu, aslimu, palsumu,



Gerammu, amarahmu, ragamu.

. . .

#TELANJANG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

50 Penuang Cerita Dalam 1 Karya

Bersatu Dengan Salib (sebuah refleksi)

Melodi Setangkai Mawar (a short story)