Kau Bebas Berbicara
Jangan terlalu cepat pulang.
Sendengkan waktu, tiarapkanlah demi sebuah keyakinan
Aku tidak ingin cepat-cepat mengais api di ladang,
Mendengarkan detik yang meminta kita menetap di bangku, tempat dimana berseminya kenangan.
. . .
Lepaskan.
Jangkar yang siap menekan, hanguskan.
Ku tarik lelahmu dengan setitik hembusan, membebaskanmu berucap sembari membiarkanmu larut dalam titik keaslian.
Penatmu berucap dalam kata-kata, membiarkanmu berpacu untuk menghanguskan.
. . .
Bicara sebebasnya,
Di tengah udara yang tenang dalam bejana.
Berbicara sebebasnya
Hingga esok pagi kau kembali riang di atas semua canda.
Berbicaralah sebebasnya
Hingga luka tak lagi menganga,
Hingga aku tahu engkau yang apa adanya.
Di atas semua ucapmu, kuucapkan kata-kata yang menjiwai aku yang ada :
Bagimu, aku siap menjadi telinga.
Bagimu, aku siap menjadi telinga.
Telinga yang sesekali, secara asli, memberi pertanda.
Telinga yang luang ketika air matamu tidak ingin dalam rupa.
. . .
Berbicaralah nadamu tentang percikan api yang sepenuhnya kau terima.
Rindu yang bercerita pada telinga, kau ingin pulang ke tenangnya ruang kata
Gejolak rindu yang sejenak menyiksa,
sejenak pula membuatmu hanyut dalam simpul tawa.
Tentang cinta yang kau rasa, tentang dicinta yang kau rasa begitu sempurna
. . .
Selamat datang dalam PEMBAHARUAN INFINITY !!!!
. . .
Selamat datang dalam PEMBAHARUAN INFINITY !!!!
Komentar
Posting Komentar